1. Pendahuluan
Wanita selalu identik dengan keindahan, kelembutan dan mungkin kelemahan. Sifat-sifat tersebut terlihat dari bentuk fisik, gerak dan suaranya. Maka, tak jarang identitas gen tersebut sering dijadikan amunisi utama distinguis laki-laki dan perempuan. Dalam sebuah buku, seorang penulis Inggris menyebutkan, ciri-ciri wanita karier menurutnya adalah mereka tidak suka berumah tangga, enggan berfungsi sebagai ibu, tingkat emosinya berbeda dengan wanita-wanita non karier, dan biasanya kebanyakan mereka menjadi wanita melankolis. Sebuah lembaga pengkajian strategis di Amerika telah mengadakan polling seputar pendapat para wanita karir tentang karir seorang wanita. Dari hasil polling tersebut di dapat kesimpulan, sesungguhnya wanita saat ini sangat keletihan dan 65 % dari mereka mengutamakan untuk kembali ke rumah mereka, masalahnya tidak sampai disitu, wanita bagaimanapun juga berbeda dengan laki-laki, dalam perjalanan kariernya wanita umumnya lebih sering mengalami apa yang disebut sebagai efek “langit-langit kaca” (glass ceiling). Langit-langit kaca adalah sebuah artificial barrier yang menghambat wanita mencapai posisi puncak di institusi tempat dia bekerja.
Seiring dengan perkembangan zaman, wanita tidak saja menyerukan pentingnya mendapatkan pendidikan, tapi juga meneriakkan persamaan derajat, kebebasan dan peningkatan karier di segala bidang. Munculah gerakan besar-besaran untuk mendapatkan kesempatan agar bisa tampil di ruang publik, bekerja dan melakukan aktivitas apa saja layaknya kaum Adam. Mereka beralasan wanita yang tinggal di rumah adalah wanita yang terstagnasi dan terpasung eksistensi dirinya, wanita seperti ini sama sekali tidak menunjang usaha produktivitas. Menurut golongan ini, wanita secara intelektual sama dengan laki-laki, mereka berasumsi jika wanita yang telah beralih profesi sebagai ibu rumah tangga dianggap wanita eklusif yang bakal kehilangan partisipasinya dalam masyarakat karena bagi mereka apa yang dikerjakan laki-laki dapat pula dikerjakan oleh perempuan.
2. Pengertian Wanita Karier
Wanita karier adalah wanita yang mampu mengelola hidupnya secara menyenangkan atau memuaskan, baik di dalam kehidupan profesional (pekerjaan di kantor) maupun di dalam membina rumah tangganya. Sekretaris lebih cenderung low profile, dalam artian tidak menyombongkan kesuksesan yang mereka dapatkan di rumah maupun di dalam pekerjaan. Kesuksesan wanita karier tidak secara otomatis mewakili mereka yang kaya atau tidak kaya. Beberapa hasil penelitian terhadap wanita karier menunjukkan beberapa diantaranya ada yang kaya, tetapi ada pula yang secara relatif tidak kaya.
3. Latar Belakang Memilih Menjadi Wanita Karier
Latar belakang memilih menjadi wanita karier adalah sebagai berikut :
Pendidikan
Pendidikan ini dapat diperoleh di Akademi yang menunjang karier sekretaris.
Ekonomi
Kebutuhan manusia yang tidak terbatas dan ketidakpuasan dengan apa yang dimiliki menjadikan sekretaris memilih menjadi wanita karier.
Kegagalan-kegagalan
Kegagalan dalam rumah tangga, frustasi dan stres dalam bekerja, hubungan pribadi yang tidak harmonis mendorong sekretaris untuk mengubah kegagalan menjadi kesuksesan dengan cara berkarier.
4. Perangkat-Perangkat Pengembangan Diri
Sekretaris sebagai wanita karier harus memegang teguh komitmennya terhadap pekerjaan dengan dilatarbelakangi oleh pendidikan, kemampuan dan pengalamannya. Seorang sekretaris harus membuka wawasan pengetahuannya seluas-luasnya, memiliki kinerja prima, memahami aplikasi teknologi informasi, memiliki jiwa kepemimpinan, dan bersedia untuk berperan serta memikul tanggung jawab yang relatif besar, menyadari bahwa peran sekretaris memberikan dampak pada kinerja perusahaan secara keseluruhan, memiliki keberanian untuk menyampaikan inisiatif dan kreatif dalam melaksanakan tugas, mampu menjaga bentuk hubungan dengan pimpinan maupun bawahan secara profesional, memiliki penampilan profesional.
Semua persyaratan tersebut di atas dapat dicapai dengan mengembangkan semangat kerja yang didasari sikap mental dalam melakukan pekerjaan. Pengembangan semangat kerja yang demikian akan menimbulkan kemauan untuk bekerja sama, kesetiaan pada organisasi dan pimpinan, kedisiplinan, dan kepatuhan kepada peraturan dan perintah, minat serta stamina kerja yang kuat, inisiatif, dan rasa bangga pada profesi.
Di samping itu, sekretaris pun harus mampu berperan aktif di tengah-tengah persaingan global, yaitu dengan komitmen dan motivasi untuk meraih prestasi. Hal ini merupakan masalah penting untuk kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan bagi sekretaris akan menimbulkan minat kerja, kesempatan untuk berkembang, mengenali pekerjaan orang lain, menata waktu dan energi.
Oleh karena itu, seorang sekretaris perlu sekali menyadari powers of inner self dalam rangka menumbuhkembangkan keinginan untuk mengubah self-image yang negatif dan keinginan untuk menggali serta memiliki konsep diri yang positif. Tingkat keberhasilan yang tinggi berawal dari kemauan diri untuk menyadari kelemahan dan kemauan melakukan perubahan.
Nilai-nilai keberhasilan lewat pengembangan diri pada pekerjaan dapat diraih melalui target-target membuat keputusan berdasarkan hasil pemikiran sendiri, bertindak berdasarkan keputusan yang dibuat sendiri, mengembangkan pikiran untuk berpikir dengan jelas, bersedia menanggung resiko dari hasil tindakan diri sendiri.
Lebih jauh lagi, seorang sekretaris profesional memiliki kemampuan prima untuk mengembangkan perilaku asertif dalam komunikasi, yaitu dengan menerapkan dan mengembangkan komponen-komponen yang bermanfaat untuk mengurangi komplain, mengetahui diri sendiri dan orang lain, dapat mengetahui komunikasi, mampu mengatasi permasalahan, mampu memotivasi diri sendiri secara optimal.
Komponen asertif terdiri atas komponen verbal yaitu menyangkut tata cara menggunakan kata sensitif, komponen kognitif yaitu tentang keberadaan diri di dalam pekerjaan, komponen emosional yaitu mengenai tingkat perasaan dan volume suara, serta komponen nonverbal (kontak mata, ekspresi wajah, gestures, bahasa tubuh, rate of speech, penggunaan waktu). Pengembangan komponen-komponen asertif ini akan memberi manfaat besar bagi semangat kerja.
5. Kompetensi Interpersonal
Kompetensi interpersonal adalah kemampuan yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh seorang sekretaris. Misalnya: kemampuan berbahasa asing, kemampuan berorganisasi, menggunakan teknologi, public relations, dan sebagainya. Kemampuan-kemampuan di atas harus terus dilatih saat masih kuliah maupun ketika sudah bekerja.
6. Kesimpulan
Sekretaris dikatakan sukses dalam berkarier, jika ia mampu mengelola hidupnya secara seimbang, baik dalam kehidupan keluarga maupun pekerjaan kantor. Sekretaris juga harus memegang teguh komitmen pekerjaan, mampu mengembangkan diri dan menghadapi persaingan global, serta mengikuti perkembangan IPTEK.